https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/issue/feedJPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)2023-12-31T00:00:00+00:00Ika Rahman, S.Fis., M.KMjarazulaikha@gmail.comOpen Journal Systems<pre>JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student) Publisher : Politeknik Piksi Ganesha<br>Journal Abbrev : JPhiS<br>Frequency : 2 issues per year<br>Print ISSN : - (Proses)<br>Online ISSN : - (Proses)<br>Editor-in-chief : <strong>Ika Rahman</strong><br>Managing Editor : <strong>Wiwik Rahayu</strong><br>Editor Board : <strong>abdul kudus</strong><br><strong> <br> </strong> <br>Citation analysis : Google Scholar<br>Journal Scope : <a title="physioteraphy" href="https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis" target="_blank" rel="noopener">physioteraphy</a></pre>https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/876Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Sprain Ankle Dextra Dengan Modalitas Ultrasound Dan Hold Relax Di Rsud Subang2022-12-25T14:19:49+00:00April Vantulo Zalukhuaprilvantulo@gmail.comIka Rahmanjarazulaikha@gmail.com<p>Sprain ankle merupakan tarikan, peregangan, atau robek jaringan lunak, seperti kapsul sendi, ligament, tendon, atau otot. Ankle sprain terjadi akibat regangan berlebihan ataupun robekan pada ligamen pergelangan kaki. Cedera tersebut diyakini dapat sembuh dengan sendirinya namun sering menimbulkan kekambuhan. Oleh karena itu, diperlukan penatalaksanaan yang berkualitas serta pencegahan yang tepat untuk cedera tersebut. Jika pencegahan maupun penatalaksaan dilakukan secara tepat, risiko cedera dan kekambuhan pada atlet dapat menurun. Hal ini dapat mempertahankan dan juga meningkatkan performa atlet sehingga dapat mencapai prestasi yang maksimal. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan LGS dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional dengan menggunakan modalitas ultrasound dan hold relax. Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali, di dapatkan hasil pengurangan nyeri secara bertahap dan tidak signifikan. Terdapat peningkatan kekuatan otot fleksor, ekstensor, inversor dan eversor pada pertemuan kelima. Kemudian peningkatan LGS yang diukur menggunakan goniometer. Dan hasil kuisener skala FADI yang menunjukkan peningkatan disetiap pertemuan dengan hasil T1: 44, T2: 48, T3: 59, T4: 64, T5: 75, T6: 91.</p>2022-12-25T13:40:01+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/877Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fraktur Femur Distal Dextra Dengan Modalitas Ultrasound, Isometric Contraction, Passive Exercise, dan Partial Weight Bearing2022-12-25T14:19:49+00:00Bathrix Yolanda Selvia Lenabathrix@gmail.comIka Rahmanjarazulaikha@gmail.com<p><em>Fraktur Femur Distal</em> adalah diskontinuitas dari femoral shaft yang bisa terjadi akibat trauma secara langsung (kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami laki-laki dewasa. <strong>Tujuan:</strong> Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus <em>Fraktur Femur Dekstra </em>dengan menggunakan modalitas <em>Ultrasound Diathermy</em>, <em>Isometric Contraction</em>, <em>Passive Exercise</em>, dan <em>Partial Weight Bearing</em>. <strong>Hasil:</strong> Setelah dilakukan sebanyak 6 kali terapi didapatkan hasil penilaian nyeri pada ektremitas bawah sisi dekstra dari nyeri diam T1=5 menjadi T6=2 nyeri tekan T1=6 menjadi T6=4 nyeri gerak T1=10 menjadi T6=7. Peningkatan lingkup gerak sendi dari T1 hingga T6 dengan gerakan aktif adanya peningkatan pada regio hip 30˚, untuk regio knee adanya peningkatan 40 ˚, dan untuk regio ankle adanya peningkatan 10˚ sedangkan gerak pasif adanya peningkatan pada regio hip 30˚, untuk regio knee adanya peningkatan 45˚, dan untuk regio ankle adanya peningkatan 15˚. Peningkatan kekuatan otot regio hip dari T1=2 menjadi T6=3, regio knee dari T1=1 menjadi T6=2, regio ankle dari T1=2 menjadi T6=4. Sedangkan peningkatan kemampuan fungsional menggunakan LEFS dari T1=27,5% menjadi T6=60%. <strong>Kesimpulan: </strong><em>Ultrasound Diathermy </em>dapat membantu mengurangi nyeri, <em>Isometric Contraction </em>dapat meningkatkan kekuatan otot, <em>Passive Exercise</em> dapat membantu meningkatkan lingkup gerak sendi, dan <em>Partial Weight Bearing</em> dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus fraktur femur dekstra</p>2022-12-25T13:43:02+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/878Penatalaksanaan Fisioiterapi Pada Kasus Bell’s Palsy Sinistra Dengan Modalitas Electrical Stimulation, Massage dan Mirror Exercise Di RSUD Cililin2022-12-25T14:19:49+00:00Gaudensia Weadensi.wea19@gmail.comGemila Reza Sugenggemilarza28@gmail.com<p><em>Bell’s palsy</em> adalah kelumpuhan fasialis tipe <em>lower motor neuron (LMN)</em>. Akibat <em>paralisis nervus fasialis parifer</em> yang terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui (<em>idiopatik</em>) tanpa disertai adanya penyakit neurologis lainnya. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam peningkatan kekuatan otot wajah dan peningkaan kemampuan fungsional otot wajah pada penderita <em>Bell’s palsy sinistra</em> dengan modalitas <em>Electrical Stimulation, Massage Dan Mirror Exercise.</em>Setelah dilakukan sebanyak 6 kali terapi didapat hasil penilaian peningkatan kekuatan otot <em>M. Frontalis</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Corrugator supercilli</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Orbicularis Occuli</em> T1:1 menjadi T6:3, M .Zygomaticus Mayor T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Orbicularis Oris</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Depressor labii inferior</em> T1:1 menjadi T6:3<em>, M. Mentalis</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Bucinator</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Depresor Anguli Oris</em>, T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Nasalis</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Depresor Labi Inferior</em> T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Mentalis </em>T1:1 menjadi T6:3, <em>M. Levator labii superor</em> T1:3 menjadi T6:5, peningkatan <em>skala ugo fisch</em> pada posisi istirahat/diam T1:6 menjadi T6:14, mengerutkan dahi T1:3 menjadi T6:7, menututp mata T1:9 menjadi T6:21, tersenyum T1:9 menjadi T6:21, dan bersiul/mencucu T1:3 menjadi T6:7.Penggunaan <em>Electrical Stimulation </em>dan <em>Massage </em>dapat meningkatkan kekuatan otot wajah dan <em>Mirror Exercise </em>dapat meninngkatkan kemampuan fungsional wajah.</p>2022-12-25T13:46:33+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/879Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Steoarthritis Genusinistra Dengan Modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation, Ultrasound, dan Terapi Latihan Di RSUD Kota Bandung2022-12-25T14:19:49+00:00Caessario Stephancaessarios@gmail.comAbdul Qudusabdulqudus2319@gmail.com<p><strong>Latar belakang</strong>: <em>Osteoarthritis</em> merupakan penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago), dimana kelainan pada kartilago tersebut ini menyebabkan tulang saling bergesekan satu sama lain sehingga mengakibatkan adanya kekakuan, nyeri, gerakan yang terbatas, dan terganggunya aktivitas sehari-hari.</p> <p><strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui pelaksanaan Fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus <em>Osteoarthritihis Genu Sinistra </em>dengan menggunakan modalitas <em>tens,</em> <em>ultrasound</em> dan <em>terapi latihan</em>.</p> <p><strong>Hasil</strong>: Setelah dilakukan sebanyak 6 kali terapi didapat hasil penilaian nyeri pada lutut sebelah kiri dari nyeri diam T1=7 menjadi T6=4 nyeri gerak T1=8 menjadi T6=4 nyeri tekan T1=4 menjadi T6=2. Peningkatan kekuatan otot ekstensor Knee T1=3 menjadi T6=4 dan flexor knee T1=3 menjadi T6=4. Serta peningkatan lingkup gerak sendi lutut kiri pasif yaitu T1 = S 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-120<sup>0 </sup>menjadi T6 = S 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-130<sup>0 </sup>dan lingkup gerak sendi <em>lutut kiri </em>aktif yaitu T1 = S 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-100<sup>0 </sup>menjadi T6 = S 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-120<sup>0</sup> <strong>.</strong></p> <p><strong>Kesimpulan</strong>: <em>Ultrasound</em> dapat membantu mengurangi rasa nyeri, <em>Tens</em> dapat merileksasikan otot, dan <em>Terapi Latihan</em> dapat meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan dapat meningkatkan kemampuan fungsional.</p>2022-12-25T13:50:11+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/880Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder Et Causa Tendinitis Supraspinatus Dengan Modalitas Us, Tens dan Finger Walking di RSUD Cililin2022-12-25T14:19:49+00:00Christiana Veronica Yustinyustinchristiana@gmail.comAbdul Qudusabdulqudus2319@gmail.com<p>Frozen shoulder akibat Tendinitis Supraspinatus adalah peradangan pada tendon supraspinatus akibat gesekan tendon terhadap caput humeri dan acromeon yang bekerja terlalu berat secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama.</p> <p><strong>Tujuan : </strong>Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, meningkatkan LGS, dan Aktivitas fungsional pada Shoulder dextra pada pasien dengan modalitas US, TENS, dan Finger Walk Exercise.</p> <p><strong>Hasil : </strong>Setelah dilakukan 6 kali terapi, didapatkan hasil penurunan nyeri diam yaitu T1-T6 (2) , nyeri tekan T1 (6) menjadi T6 (4), dan nyeri gerak T1 (10) menjadi T6 (8). Meningkatnya aktivitas fungsional yang ditandai dengan berkurangnya skor SPADI yaitu T1 (skor nyeri 80%, skor disabilitas 68,75%, dan skor SPADI 73,07%) menjadi T6 (skor nyeri 52%, skor disabilitas 52,5%, dan skor SPADI 52,30%). Namun pada kasus ini pada hasil LGS tidak mengalami perubahan yaitu T1-T6 nilai LGS Aktif pada Shoulder Dextra yaitu (S : 45°-0°-95°, dan F : 50°-0°-75) dan LGS Pasif sebesar T1-T6 ( S : 50°-0°-100°, dan F : 60°-0°-90).</p> <p><strong>Kesimpulan : </strong>US dan TENS mampu membantu mengurangi nyeri, dan Finger walking Exercise mampu meningkatkan aktivitas.</p>2022-12-25T13:53:25+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/881Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder Dekstra Et Causa Adhesive Capsulitis Dengan Modalitas Short Wave Diathermy Dan Manual Theraphy Di RS Hermina Arcamanik2022-12-25T14:19:49+00:00Malida Rahmawatimalida702@gmail.comMaoli Zartikazartikamoli@gmail.com<p><strong>Latar Belakang :</strong> <em>Frozen Shoulder </em>merupakan suatu kondisi hilangnya kemampuan mobilitas sendi bahu pada gerak aktif dan pasif secara progresif dan disertai nyeri akibat kontraktur kapsular pada <em>glenohumeral joint</em>. <em>Adhesive Capsulitis</em> adalah kondisi umum <em>shoulder</em> yang mengalami perubahan patologis dimana terjadinya kontraktur pada kapsul glenohumeral. Secara klinis, <em>adhesive capsulitis</em> muncul dengan rasa nyeri, kekakuan, dan disfungsi pada <em>shoulder</em>.</p> <p><strong>Tujuan : </strong>Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, spasme otot, LGS, dan Aktivitas fungsional pada <em>Shoulder </em><em>dekstra</em> pada pasien dengan modalitas <em>Short Wave Diathermy </em>dan <em>Manual Theraphy</em><em>.</em></p> <p><strong>Hasil : </strong>Setelah dilakukan 6 kali terapi, didapatkan hasil penurunan nyeri gerak yaitu T1 (6) dan T6 menjadi (4,1) dan nyeri tekan T1 (4,6) menjadi T6(3,2), dan nyeri diam T1 - T6 (0). Meningkatnya aktivitas fungsional yang ditandai dengan hasil skor skala nyeri T1 (60%) dan T6 menjadi (42%) dan skor skala disabilitas T1 (44%) menjadi T6(34%) serta Skor keseluruhan T1 (50%) menjadi T6 (37%). Nilai LGS pada <em>Shoulder </em>Dekstra yaitu sebesar T1 (S: 30°-0°-80°, F: 50°-0°-25°, R : 40°-0°-40°) menjadi T6 (S: 50°-0°-115°, F : 85°-0°-55°, R: 60°-0°-80°). Namun pada kasus ini pada hasil nilai kekuatan otot tidak mengalami perubahan yaitu T1-T6 nilai MMT sebesar (4+).</p> <p><strong>Kesimpulan : </strong><em>Short Wave Diathermy</em> mampu membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan aktivitas fungsional. <em>Manual Theraphy </em>mampu meningkatkan LGS.</p>2022-12-25T13:57:19+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/882Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Low Back Pain Et Causa Radikulopati Lumbal Dengan Modalitas Microwave Diathermy Dan William Flexion Exercise Di RSUD Kesehatan Kerja Kabupaten Bandung2022-12-25T14:19:49+00:00Gina Indria Dewigina.piksi.19309070@gmail.comListiana Untarilistianauntari1960@gmail.com<p>Radikulopati lumbal sering juga disebut Skiatika. Radikulopati adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan gangguan fungsi dan struktur radiks akibat proses patologis yang dapat mengenai satu atau lebih radiks saraf dengan pola gangguan bersifat dermatomal. Radikulopati lumbal merupakan bentuk radikulopati pada daerah lumbal yang disebabkan oleh iritasi atau kompresi dari radiks saraf lumbal. Pada radikulopati lumbal, keluhan nyeri punggung bawah (<em>low back pain</em>) sering didapatkan.</p> <p><strong>Tujuan</strong> : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi menggunakan <em>Microwave Diathermy </em>dalam mengurangi nyeri pada kasus <em>Low Back Pain Et Causa</em> Radikulopati Lumbal, Untuk mengetahui pemberian <em>William Flexion Exercise </em>dalam meningkatkan kemampuan fungsional dalam beraktifitas pada kasus <em>Low Back Pain Et Causa </em>Radikulopati Lumbal<em>.</em></p> <p><strong>Hasil</strong> : Setelah dilakukan 6 kali terapi, didapatkan hasil penurunan nyeri diam yaitu T1 (3) menjadi T6 (1), nyeri tekan T1 (6) menjadi T6 (3), dan nyeri gerak T1 (6) menjadi T6 (4). Meningkatnya kemampuan fungsional yang ditandai dengan berkurangnya skor ODI yaitu T1 (skor disabilitas 44%) menjadi T6 (skor disabilitas 14%).</p> <p><strong>Kesimpulan</strong> : <em>Microwave Diathermy </em>mampu membantu mengurangi nyeri, <em>Wiiliam Flexion Exercise </em>mampu meningkatkan aktivitas fungsional pada<em> Low Back Pain Et Causa</em> Radikulopati Lumbal.</p>2022-12-25T14:13:25+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/883Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Trigger Finger Dengan Modalitas Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Transverse Friction Massage Dan Stretching Di RSUD Subang2022-12-25T14:19:50+00:00Lingga Agustinalinggaagustina06@gmail.comIka Rahmanjarazulaikha@gmail.com<p><em>Trigger Finger</em> adalah gangguan umum yang sering terjadi dan ditandai dimana jari yang dibengkokkan tidak dapat diluruskan kembali. Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan otot, LGS, dan Aktivitas fungsional serta mengurangi nyeri pada <em>Trigger Finger</em> dengan modalitas <em>Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, Transverse Friction Massage , </em>dan <em>Stretching.</em> Hasil : Setelah 6 kali terapi, didapatkan hasil penurunan nyeri diam yaitu T1-T6 (0), nyeri tekan T1 (5) menjadi T6 (0), dan nyeri gerak T1 (6) menjadi T6 (0). Nilai kekuatan otot T1(3) menjadi T6 (4) dan LGS aktif pada gerak Fleksi (PIP) dan ekstensi (PIP) T1 (0°-0°- 80°) menjadi T6 (0°-0°- 90°) sedangkan pada gerak fleksi (MCP) dan ekstensi (MCP) didapatkan hasil T1 (0°-0°- 70°) menjadi T6 (0°-0°- 85°),untuk LGS pasif pada gerak Fleksi (PIP) dan ekstensi (PIP) T1-T6 (0°-0°- 100°) dan pada gerak fleksi (MCP) dan ekstensi (MCP) didapatkan hasil T1-T6 (0°-0°- 85°). Serta pada kemampuan fungsionalya pasien sudah bisa memutar kunci dan mengetikdengan mudah.Kesimpulan : <em>Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation </em>mampu membantu mengurangi nyeri, <em>Transverse Friction Massage </em>mampu meningkatkan aktivitas fungsional pasien, dan <em>Stretching</em> mampu meningkatkan kekuatan otot dan LGS.</p>2022-12-25T14:16:48+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphis/article/view/884Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Fraktur Cruris 1/3 Distal Sinistra Dengan Modalitas Ultrasound dan Hold Relax Di RSUD Kota Bandung2022-12-25T14:19:50+00:00Moch Fauzianmochfauzian5@gmail.comWiwik Rahayuwiwikrahayu.sthm@gmail.com<p><em>Fraktur Cruris 1/3 Distal Sinistra </em>merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang di akibatkan oleh cedera trumatik dan faktor patologi, terjadi pada tulang <em>tibia</em> dan <em>fibula </em>1/3 bagian bawah sebelah kiri<em>, </em>dimana berfungsi untuk menyangga otot-otot kaki bagian bawah dan menopang beban tubuh. Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi dalam mengurangi nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkaan kemampuan fungsional kaki pada penderita <em>Fraktur Cruris </em>1/3 <em>Distal S</em><em>inistra</em> dengan modalitas <em>Ultrasound</em> Dan <em>Hold Relax</em><em>.</em> Setelah dilakukan sebanyak 6 kali terapi didapat hasil pengurangan nyeri pada kaki sebelah kiri dari nyeri diam T1=2 menjadi T6=0 nyeri tekan T1=6 menjadi T6=2 nyeri gerak T1=6 menjadi T6=3, peningkatan kekuatan otot <em>fleksor ekstensor</em> T1=4 menjadi T6=5 dan Peningkatan kekuatan otot <em>dorsal plantar fleksor</em> T1=3 menjadi T6=4. Serta peningkatan lingkup gerak sendi <em>ekstensi fleksi knee </em>aktif pada bidang sagital yaitu T1= S 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-90<sup>0 </sup>menjadi T6=S 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-110<sup>0 </sup>dan lingkup gerak sendi <em>ekstensi fleksi knee </em>pasif pada bidang sagital yaitu T1= 0<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-100<sup>0 </sup>menjadi T6= 0<sup>0</sup>-0<sup>0 </sup>-130<sup>0</sup> dan peningkatan lingkup gerak sendi <em>plantar dorsi fleksi </em>aktif pada bidang sagital yaitu T1 = S 10<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-10<sup>0 </sup>menjadi T6 = S 15<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-25<sup>0 </sup>dan lingkup gerak sendi <em>plantar dorsi fleksi</em> pasif pada bidang sagital yaitu T1 = S 15<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-15<sup>0 </sup>menjadi T6 = S 18<sup>0</sup>-0<sup>0</sup>-30<sup>0 </sup><strong>. </strong>Penggunaan <em>Ultrasound</em> dapat mengurangi nyeri dan <em>Hold Relax</em> dapat meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi dan dapat meninngkatkan kemampuan fungsional kaki.</p>2022-12-25T14:19:19+00:00Copyright (c) 2022 JPhiS (Journal of Phisioteraphy Student)