JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas
<pre><strong>JPhaS (Journal of Pharmacy Student)</strong> Publisher : Politeknik Piksi Ganesha<br>Journal Abbrev : JPhaS<br>Frequency : 2 issues per year<br>Print ISSN : - (Proses)<br>Online ISSN : - (Proses)<br>Editor-in-chief : Veny Usviany,M.Si<br>Managing Editor : Apt. Meiti Rosmiati, S.S., M. farm. <br>Editor Board : Apt. M.Rizky Adriansyah MH.Kes <br>Citation analysis : Google Scholar<br>Journal Scope : Click here</pre>POLITEKNIK PIKSI GANESHAen-USJPhaS (Journal of Pharmacy Student)GAMBARAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI RS SARININGSIH PERIODE APRIL 2024
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1497
<p>Obat <em>High Alert Medication</em> adalah obat-obatan yang harus diwaspadai karena dapat menyebabkan kesalahan serius (<em>sentinel event</em>) dan Reaksi Obat Yang Tidak Diinginkan (ROTD) jika terjadi kesalahan dalam pemberiannya. Tujuan dari penelitian adalah untuk menggambarkan penyimpanan obat <em>High Alert</em> di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sariningsih dan mengambil kesimpulan kategori penyimpanan obat <em>High Alert</em>. Jenis penelitian ini adalah penelitian bersifat deskriptif kualitatif menggunakan metode observasional dan data kualitatif diambil dari data primer dimana pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar <em>checklist</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem penyimpanan obat <em>High Alert</em> dapat disimpulkan masuk dalam kategori cukup baik. Penyimpanan obat <em>High Alert</em> di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sariningsih diperoleh hasil sebesar 60% dengan kesesuaian penyimpanan obat <em>high alert</em> berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016.</p>Gita WulandariVeny Usviany
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-242116ANALISIS PENGADAAN SEDIAAN FARMASI DENGAN METODE ABC DI APOTEK SHARIA
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1498
<p>Perencanaan pengadaan obat di Apotek Sharia saat masih menggunakan metode konsumsi dengan dilakukan pengecekan dan pemesanan setiap harinya. Hal ini seringkali terjadinya <em>stagnant</em> (kelebihan stok) dan <em>stock out </em>(kekurangan stok) sehingga mempengaruhi pelayanan di apotek apabila habisnya ketersediaan obat dan menyebabkan kerugian bagi apotek jika stok berlebih yang berakibat obat kadaluarsa.<strong> Tujuan:</strong> Untuk menganalisa pengadaan sediaan farmasi di Apotek Sharia berdasarkan jumlah pemakaian dan nilai investasi menggunakan metode ABC.<strong> Metode:</strong> Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan pengumpulan data obat periode Januari – Maret 2024.<strong> Hasil:</strong> Dari penelitian ini diperoleh 1.678 item obat, kelompok A dengan jumlah pemakaian sebanyak 17.710 (62,6%) dengan nilai investasi sebesar Rp. 185.381.500 (71%). Kelompok B dengan jumlah pemakaian sebanyak 6.768 (24%) dengan nilai investasi sebesar Rp. 52.346.950 (20%). Kelompok C dengan jumlah pemakaian sebanyak 3.816 (13,4%) dengan nilai investasi sebesar Rp. 23.528.250 (9%).<strong> Kesimpulan:</strong> Penerapan metode ABC dalam perencanaan dan pengadaan dapat membantu apotek dalam menentukan prioritas obat dan obat yang perlu dikurangi apabila anggaran dana tidak mencukupi sehingga mempermudah dalam pengendalian.</p>Lilis SetianingrumElis Cholisah
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-2421711GAMBARAN PENGELOLAAN OBAT RUSAK DAN KEDALUWARSA DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X KOTA BANDUNG
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1499
<p>Pengelolaan obat rusak dan kedaluwarsa yang efektif sangat penting dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk menjamin keamanan dan kualitas obat yang digunakan bagi pasien. Terjadinya obat rusak dan kedaluwarsa mencerminkan ketidaktepatan perencanaan, adanya perubahan pola peresepan dan perubahan pola penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan obat rusak dan kedaluwarsa di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Kota Bandung periode April 2024. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi yang dianalisis secara kualitatif dan deskriptif. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh obat-obat yang rusak dan kedaluwarsa pada periode April 2024. Hasil penelitian menunjukkan persentase obat rusak sebesar 0% yang sudah sesuai dengan indikator yang ditetapkan yaitu < 1%, sedangkan persentase obat kedaluwarsa sebesar 4,25 masih melebihi indikator yang ditetapkan yaitu < 1%.</p>Risnawati ErlitaVeny Usviany
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24211216ANALISA PERSEDIAAN ANTIBIOTIK MENGGUNAKAN METODE ABC DI INSTALASI FARMASI KLINIK UTAMA BEDAH SIAGA
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1500
<p>Bedah atau operasi adalah tindakan medis yang dilakukan dengan membuat luka sayatan. Pemberian antibiotik pasca operasi diperlukan untuk mencegah infeksi. Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk dijual kembali. Antibiotik merupakan salah satu persediaan yang ada di instalasi farmasi. Instalasi farmasi harus menjamin persediaan yang cukup untuk memenuhi permintaan. Penelitian ini dilakukan di instalasi farmasi Klinik Utama Bedah Siaga menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan data dengan metode retrospektif. Untuk melihat pola pemakaian dan nilai pemakaian persediaan antibiotik di instalasi farmasi dipilih metode ABC atau pareto. Kelompok antibiotik hasil dari metode ABC, dihitung titik <em>Safety Stock</em> dan titik ROP <em>(Reorder Point)</em>. Berdasarkan hasil penelitian kelompok A terdapat 4 item antibiotik dengan nilai pemakaian 64,36%, kelompok B terdapat 5 item antibiotik dengan nilai pemakaian 25,75% dan kelompok C terdapat 20 item antibiotik dengan nilai pemakaian 9,89%. Pada penelitian ini perhitungan <em>Safety Stock</em> dan ROP <em>(Reorder Point)</em> hanya diterapkan pada kelompok A dan kelompok B yang merupakan antibiotik dengan penjulan cepat <em>(Fast Moving</em>). Kelompok A terdiri dari Nucef 100, Qcef 500, Pyxime 100, Viflox 500. Kelompok B terdiri dari Clavamox 500, Simfix 100, Pyricef 500, Amoxan 500, Ciflos 500.</p>Yayang Wilda FebiyaniMeiti Rosmiati
Copyright (c)
2024-10-242024-10-24211724ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU SWAMEDIKASI OBAT NYERI GOLONGAN NSAID DI APOTEK SUKAGALIH
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1501
<p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID) dengan perilaku swamedikasi dalam penggunaan obat nyeri. Metode penelitian yang digunakan adalah survei terhadap 100 responden di apotik sukagalih, dengan menggunakan kuesioner terstruktur untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan tentang NSAID dan kebiasaan swamedikasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tentang efek samping dan dosis yang tepat dari NSAID berhubungan langsung dengan perilaku yang lebih berhati-hati dalam swamedikasi obat nyeri. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya edukasi yang lebih intensif tentang NSAID di kalangan masyarakat untuk mengurangi risiko penggunaan yang tidak tepat. Kampanye publik dan penyuluhan medis dapat meningkatkan kesadaran akan risiko dan manfaat NSAID, serta mendorong perilaku swamedikasi yang lebih aman dan efektif.</p>Amanda Aulia Sopiany Meiti Rosmiati
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24212532PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA ASAM URAT TERHADAP KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DI APOTEK GRIYA FARMA GBI
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1502
<p>Asam urat adalah penyakit yang disebabkan oleh penumpukan kristal dalam sendi. Ini merupakan hasil akhir dari metabolisme purin turunan nukleoprotein. Pemicu asam urat adalah makanan dan senyawa lain yang banyak mengandung purin. Secara alami, tubuh manusia menghasilkan sekitar 85% senyawa purin. Itu artinya kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15%. Tidak cukup hanya dengan pengobatan secara berkala, asam urat harus dibarengi dengan diet rendah purin. Pengetahuan yang baik tentang diet rendah purin bisa menjadi kunci dalam mengelola kondisi asam urat dengan baik. Namun, sering kali terdapat kekurangan pemahaman di kalangan penderita asam urat akan hal ini. Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Griya Farma GBI dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan penderita asam urat terhadap kepatuhan diet rendah purin. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pengambilan data dilakukan secara prospektif selama bulan Mei 2024. Hasil penelitian pada 42 responden menunjukkan bahwa sebanyak 64,3% memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori cukup.</p>Imas RodiahVeny Usviany
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24213342THE EFFECTIVENESS OF THE USE OF TRANEXAMIC ACID PREPARATIONS AGAINST MELASMA SKIN IN THE DERMATO CLINIC BANDUNG
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1503
<p>This study aims to assess the effectiveness of Tranexamic Acid usage on melasma skin at the Dermato Clinic in Bandung. The research methodology employed is qualitative research based on literature review and observation, conducted through visual or objective assessments of patients with melasma issues. In this study, four patients were chosen as research subjects and observed periodically over a period of six to eight weeks. The results obtained during the observation period indicated a reduction in melasma levels, which could be observed visually or objectively, as well as through the Melasma Area and Severity Index (MASI) score. Issues identified in this research include: (1) difficulty in monitoring sunscreen application, leading to inhibited recovery processes, and (2) variation in injection timing among subjects. Recommendations to address these issues include: (1) regular sunscreen application every three hours to prevent exacerbating melasma conditions, (2) consistent treatment protocols for all research subjects, and (3) extending the research duration to yield more significant results.</p>Citresna Nur AidaMeiti RosmiatiArgani Gracias Pospos
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24214348PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN BERDASARKAN PERMENKES DALAM BIDANG PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN DI RUMAH SAKIT “X” BANDUNG
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1504
<p>Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian. Akibat dari dimana ketidakefisien pengelolaan alat kesehatan tersebut akan memberikan dampak yang negatif terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Tujuan riset ini adalah untuk mengetahui tingkat implementasi standar pengelolaan sediaan Standar pelayanan kefarmasian Rumah Sakit diatur dalam Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 di Rumah Sakit X Bandung. Jenis penelitian yang digunakan adalah obsevasional dengan menggunakan kuesioner yang di analisis secara diskriptif kuantitaif . Sampel penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Maret 2024 dengan responden karyawan Rumah Sakit sendiri, dimulai dari apoteker dan asisten apoteker. Responden melakukan pengisian kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, administrasi, pemantauan dan evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa standar pelayanan kefarmasian telah terimplementasikan dengan baik, Implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan alat kesehatan di Rumah Sakit X Bandung telah dilaksanakan sesuai dengan Standar pelayanan kefarmasian Rumah Sakit diatur dalam Permenkes Nomor 72 Tahun 2016 dengan persentase 97,77%. Sehingga dapat dikatakan bahwa implementasi standar pelayanan kefarmasian dalam bidang pengelolaan alat kesehatan di Rumah Sakit X Bandung, telah dilaksanakan dengan baik.</p>Berta Kristiyan
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24214955STUDI IMPLEMENTASI SISTEM PENYIMPANAN OBAT BERDASARKAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PERINTIS BANDUNG
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1505
<p><strong>Latar belakang</strong>: Penyimpanan merupakan tindakan menyimpan dan mengamankan obat-obatan di tempat yang terlindung. Obat tidak efektif dalam terapinya jika prosedur atau kondisi penyimpanannya tidak sesuai. <strong>Tujuan</strong>: Untuk menilai implementasi penyimpanan obat di Apotek Perintis Bandung. <strong>Metodologi</strong>: Penelitian ini menggunakan observasi deskriptif dan evaluasi impementasi yang dilakukan dengan mengamati kegiatan yang ada di apotek. <strong>Hasil</strong>: Menunjukan bahwa implementasi sistem penyimpanan obat di Apotek Perintis dapat dikatakan cukup baik yaitu sebesar 85,71% sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek tahun 2019 dan 14,29% ketidaksesuaian. <strong>Kesimpulan</strong>: Perlu diperbaiki untuk penyimpanan obat golongan <em>High Alert</em> dan LASA serta harus dilakukan pencatatan setiap mutasi obat di semua tempat</p>Rini AstutiElis Cholisah
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24215661ANALISIS TATA CARA PENEMPATAN OBAT HIGH ALERT DI GUDANG FARMASI RAWAT INAP RSUD SUBANG
https://journal.piksi.ac.id/index.php/jphas/article/view/1506
<p>Pengelolaan sediaan farmasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan. Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait penggunaan obat yang efektif serta mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk meningkatkan keamanan obat khurusnya obat yang perlu di waspadai atau obat <em>high-alert</em> <em>medication</em> karena memiliki dampak yang sangat serius. Dalam mengulas secara menyeluruh dan mendalam mengenai tata cara penempatan obat <em>high-alert</em> di Gudang Farmasi Rawat Inap RSUD Subang. Penelitian ini merupakan non eskperimental, bersifat deskriptif kualitatif yang menggunakan metode observasional, serta data kualitatif diperoleh dari data primer berupa checklist. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada jenis obat <em>high alert</em> (risiko tinggi) penempatan obat di gudang farmasi rawat inap RSUD Subang memperoleh persentase 89% dan penempatan obat <em>high alert</em> (LASA) memperoleh persentase 82% namun pada penempatan obat <em>high alert</em> (Elektrolit pekat) hanya memperoleh 75%. Dalam penelitian ini penempatan obat <em>high alert</em> di gudang farmasi rawat inap RSUD Subang sangat baik.</p>Iwan Ridwansyah
Copyright (c) 2024 JPhaS (Journal of Pharmacy Student)
2024-10-242024-10-24216267