TATA LAKSANA SKRINING RESEP SECARA ADMINISTRASI DAN FARMASETIKA PADA RESEP INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI KLINIK ANAK RSUD DR SLAMET GARUT
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang terjadi pada bagian saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk organ yang berhubungan (sinus, rongga telinga tengah, pleura). ISPA disebabkan lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. ISPA bagian atas pada umumya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah pada umumnya disebabkan oleh bakteri. Kedua jenis ISPA tersebut umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya. Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif dengan tujuan untuk membuat gambaran atau tentang suatu objek observasional. Penelitian dilakukan dari resep yang dibuat oleh dokter. Resep yang digunakan adalah resep yang mengandung obat infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penelitian dilakukan di RSUD dr Slamet Garut dan waktu pengumpulan data dilakukan bulan Maret-April 2024. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara deskriptif mengenai kajian administratif dan farmasetik resep Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada anak. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang menjadi bahan sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian adalah seluruh resep Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di klinik anak RSUD dr Slamet Garut pada periode bulan Maret-April 2024 sebanyak 109 lembar resep. Hasil penelitian ini dengan persentase kejadian ketidaklengkapan resep di RSUD dr Slamet Garut dari nama pasien 100%, alamat pasien 64%, umur pasien 71%, Berat Badan Pasien 79%, jenis kelamin 100%, nama dokter 100%, SIP dokter 100%, Paraf dokter 91%, tanggal penulisan resep 100%, tanda R/ 100%, Nama obat 100%, jumlah obat menunjukkan 100% obat yang sering diresepkan adalah Cefixim sebanyak 195 dengan persentase 46,32%, kemudian ambroxol 74 dengan persentase 17,58%, gliceril guaiacolat 50 dengan persentase 11,88%, psudoeperdin 32 dengan persentase 7,6%, cetirizin 30 dengan persentase 7,12%, sedangkan parasetamol 25 dengan persentase 5,94%, dan yang paling sedikit diresepkan adalah metilprednisolon 15 dengan persentase 3,56%.